Permasalahan kebangsaan pasca Reformasi tidak terhenti pada persoalan persoalan penataan sistem ekonomi dan politik yang pelik semata, tetapi menyangkut moralitas dan rasa kebangsaan yang dipandang mengalami degradasi. Pada level yang lebih abstrak, ini adalah suatu permasalahan jangka panjang yang menyangkut lemahnya pembinaan mentalitas manusia Indonesia dibandingkan beratnya tantangan yang dihadapi baik secara eksternal maupun internal.
Pendidikan karakter bangsa pertama kali didengungkan oleh Bung Karno, secara tegas dan jelas dalam konsep nation character building sebagai salah satu tujua nasional. Lalu diteruskan pada masa Orde Baru manakala Suharto menggagas program nasional yang disebut Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Akan tetapi disayangkan bahwa mekanisme pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan sentralistik "top down", melalui pembentukan wacana yang cenderung indokrinasi, dengan tidak mengakomodasi keberagaman multukulturalisme yang mendasari KeIndonesiaan itu sendiri.
Diskusii tentang pembangunan karakter bangsa yang berlangsung di aula Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar, 6 Desember 2011 dimaksudkan untuk menawarkan suatu pandangan tentang nilai-nilai budaya Bugis Makassar dan Toraja sebagai suatu bagian dari upaya menemukenali nilaia-nilai budaya yang dapat menjadi modal penting dalam pembangunan karakter bangsa. Hadir pakar budaya sebagai pembicara, Prof. Dr. Mahmud Tang, MA, Saifuddin Bahrum, M.Si dan Drs. Simon Petrus. Diskusi dipandu oleh Ibu Poppy Savitri, Direktur Pembangunan Jati Diri, Pekerti dan Karakter Bangsa....
Prof. Dr. Mahmud Tang, menguraikan bahwa persoalan pembangunan karakter bangsa memang sangat penting, dan untuk mengkaji nilai budaya Bugsi Makassar dan Toraja memerlukan waktu yang panjang, namun apa yang tersaji dalam Buku Strategi Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa telah memberi ruang penting dalam upaya melakukan pembangunan karakter bangsa. Sejumlah masukan penting terkait dengan niala budaya Bugis Maksssar seperti, Siri na Pacce, siapakatau, sipakalabbi dalah salah satu filosofi yang mendasar dari karakater Bugis dan Makassar. Demikian pula nilaia budaya Toraja yang terdapat dalam Tongkonan memiliki simbol kebersamaan sosial secara luas. Pada kluster Sulawesi Selatan berkembang nilai-nilai karakter dan pekeri yang menghargai, menghormati, khususnya melihat sifat dasar manusia untuk ingin dihargai. Ciri ini tampak kentalnya konsep harga diri atau kehormatan (siri') suku bangsa Bugis dan Makassar, namun tersirat pula dalam bentuk yang lebih tidak kentara pada Toraja (dimana harga diri diarahkan kepada tanggung jawab terhadap keluarga dan kerja keras)
setidaknya terdapat 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa: 1. Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi; Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Kreatif; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri; Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.8. Demokratis; Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 12. Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 14. Cinta Damai; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.18. Tanggung Jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.