BPSNT Makassar

Home Artikel Berita

Sejarah & Budaya

Perkawinan Adat

Perkawinan : Perspektif Bugis
Perkawinan adalah salah satu kejadian sosial yang penting dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Tingkat kemeriahan suatu perkawinan ditentukan status sosial masyarakat bersangkutan. (Chabot, 1984: 202). Bagi masyarakat Bugis, perkawinan berarti siala’ saling mengambil satu sama lain Jadi, perkawinan adalah ikatan timbal-balik. walaupun mereka berasal dari status sosial berbeda, setelah menjadi suami-istri mereka merupakan mitra. Hanya saja, perkawinan bukan sekadar penyatuan dua mempelai semata, tetapi suatu upacara penyatuan dan persekutuan dua keluarga yang biasanya telah memiliki hubungan sebelumnya dengan maksud kian mempererat dalam teks Bahasa Bugis disebut ma'pasideppe' mabela-e atau mendekatkan yang sudah jauh (Pelras, 2006: 178).

Read more...
 

Tenun Tradisional Bira (by. Iriani)

TENUN TRADISIONAL BIRA
I.    Latar Belakang
•    Secara historis, Sulawesi Selatan merupakan salah satu penghasil tenun yang cukup terkenal pada masa dahulu, bahkan ada beberapa daerah yang sangat terkenal dengan hasil tenunnya, seperti Wajo, Mandar, dan Bira (Bahrun).
•    Desa Bira memiliki tenun tradisional yang pada masa dahulu sangat dikenal sampai ke nusantara, yang di bawa oleh pelayar-pelayar Bira sendiri ketika mereka pergi berlayar. Tenun tersebut dikenal dengan tenun gambara (Aminah).
•    Sampai saat ini tenun tradisional masih terdapat di Desa Bira, namun gaungnya tidak seperti dulu. Kain tenun sudah bersaing dengan kain tekstil modern yang harganya lebih murah.
•    Bahkan sebagian besar generasi muda sudah tidak berminat lagi menjadi penenun, mereka lebih senang menjadi pegawai swasta maupun negeri.
II.    Fokus penelitian
•    Bagaimana eksistensi tenun Bira
•    Bagaimana proses menenun
•    Bagaimana bentuk dan makna motof tenun Bira, serta fungsinya di dalam masyarakat
III.    Hasil Penelitian
A.    Lokasi Penelitian
-    Wilayah penelitian terletak di desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Masing-masing wilayah tersebut terbagi atas empat dusun, yaitu Dusun Birakeke, Dusun Liukang Loe, Dusun Tenentang, dan Dusun Pungkarese.
-    Masyarakatnya umumnya bekerja sebagai pelaut/berlayar
B.    Pengertian Tenun
Bagi masyarakat Bira, tenun atau tanning adalah kain yang dibuat oleh kaum wanita dengan menggunakan alat Gedogan dan Alat Tenun Bukan Mesin berdasarkan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun. Kain tenun Bira dikenal juga dengan istilah tenun gambara yang berarti tenun yang penuh dengan gambar-gambar atau ragam hias. Proses menenun dimulai dari memintal benang, mewarnai, memasukkan benag ke dalam alat tenun, hingga menghasilkan kain.
C.    Sejarah Tenun Bira
Tenun dikenal oleh masyarakat Bira sejak abad XIII, yaitu pada masa pemerintahan wanita pertama di Bira. Wanita tersebut juga dianggap sebagai orang yang pertama kali membuat benag dan memperkenalkan benag kepada masyarakat. Oleh karena itu, maka wanita tersebut di kenal dengan nama La Bannang (Suriasni, 1997/1998:26)
Fakta tentang asal-usul tenun Bira di atas belum bisa ditentukan, manakah yang lebih meyakinkan. Namun bila dihubungkan dengan asal-usul pertenunan di Indonesia ada 2 negara yang berperan penting, yang pertama adalah pertenunan yang datang dari India yang kemudian berkembang di Indonesia seiring dengan proses Hindunisasi di Asia Tenggara. Kedua adalah Cina yang membawa pengetahuan tenun ke negara-negara Asia Tenggara, dan telah diketahui bahwa cina sejak beribu-ribu tahun yang lalu telah memperdagangkan produk sutranya ke Eropa (Erman, 2012:58).
D.    Makna Motif
•    Forrest menulis tentang pelayarannya pada sekitar tahun 1763-1776, mencatat bahwa sarung kotak-kotak Bugis Makassar, sangat mirip dengan tartan (pola petak-petak Skotlsndia), begitu pula dengan orang Bugis Makassar, menyerupai orang daratan tinggi Skotlandia (2002:244)
•    Makna sarung kotak-kotak pada orang Bira ditunjukkan pada makna filosofi sulapa eppa pada masyarakat Bugis dan Makassar yang berarti “empat sisi” yang intinya adalah keseimbangan. Adanya pandangan kosmologi tantang unsur-unsur lingkungan alam kehidupan dasar manusia seperti api, angin, air dan tanah.
•    Kotak-kotak atau sulapa eppa juga dimaknai dalam struktur pemerintahan masyarakat Bugis Makassar membentuk empat sisi, yakni ade’ : norma-norma dalam kehidupan sosial, bicara: sistem pidanan dan peralihan masyarakat, Rappang : aturan kekerabatan dan politik, wari : mengklasifikasi dan mengatur masyarakat,
E.    Fungsi Kain Tenun Bira
•    Sosial
Sebagai penanda status sosial, saat ini sebagai perekat rasa persaudaraan dan rasa kekeluargaan. Kain digunakan pada saat upacara-upacara adat.
•    Budaya
Kaum tenun Bira tidak dibuat begitu saja, namun ada makna yang terkandung dalam sarung tersebut. yakni motif kotak-kotak mengandung makna filosofi keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Kemudian hiasan motif gunung atau sering juga dikenal dengan pucuk rebung, merupakan harapan-harapan bagi masyarakat agar kehidupannya selalu lebih baik.
•    Ekonomi
Bertenun merupakan suatu kegiatan ekonomi rumah tangga yang banyak menyerap tenaga kerja dalam proses produksi. Kegiatan tersebut menopang kehidupan ekonomi keluarga, khususnya pada musim paceklik.

IV.    Kesimpulan
•    Sampai saat ini tenun Bira masih eksis walaupun cenderung tidak dikenal oleh masyarakat luas, karena pemasarannya sangat terbatas, sehingga mereka bertenun apabila ada pesanan.
•    Sebelum menenun ada beberapa proses yang perlu dilakukan seperti mewarnai benang dan memasukkan dalam pedati (teropong), lalu mulailah menenun. Kedua proses tersebut sama-sama dilakukan, baik menggunakan ATMB maupun Gedogan. Proses menghani hanya digunakan oleh penenun ATMB yaitu memasukkan benang lungsi dan menghitung berapa banyak kain sarung yang akan dibuat. Setelah selesai proses penghanian, maka benang dimasukkan ke dalam gung yang akan menjadi benang lungsi. Kemudian benang lungsi Idimasukkan dalam ATMB serta dimulailah proses menenun
•    Kain tenun kotak-kotak mempunyai makna yang berkaitan dengan filosofi masyarakat Bugis Makassar tentang sulapa eppa. Kain tenun mempunyai fungsi sosial, ekonomi, dan budaya di dalam masyarakat.
V.    Saran dan Rekomendasi
•    Saran
Sebaiknya ada regulasi dari pemerintah setempat berkaitan dengan kain tenun tradisional, agar tenun tradisional tetap eksis dana tidak kalah bersaing dengan dunia pertekstilan yang bersifat modern
•    Rekomendasi
-    Pada dasarnya tenun Bira dapat dikatakan sudah hampir punah, yang mana kurang diminati oleh generasi muda. Oleh karena itu perlu menanamkan pada anak-anak melalui pendidikan muatan lokal di sekolah dasar maupun sekolah kejuruan.
-    Salah satu cara agar tenun bisa diterima pasar adalah memperbanyak derivasi produksi yang lebih variatif, yakni jangan hanya berupa kain sarung, namun kain yang bisa dibuat sebagai dasi, syal, taplak meja. Setelah itu melakukan promosi, sehingga dengan demikian maka lebih mudah dikenal oleh masyarakat dan pasar.

 

Demokrasi Liberal di Indonesia 1945-1959

Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan proses pelaksanaan sistem demokrasi liberal di Indonesia. metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode sejarah kritis, yang menjelaskan persoalan penelitian berdasarkan perspektif sejarah. hasil kajian menunjukkan bahwa demokrasi liberal yang pernah mewarnai perjalanan sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia berawal ketika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan dalam praktek, tanpa merubah institusi (UUD 1945) yang berlaku, dimaksudkan untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia merupakan negara yang yang berlandaskan demokrasi. selain itu, dimaksudkan untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari kekuasaan pemerintah tangan besi dan otoriter. Namun selama pelaksanaan sistem demokrasi ini, terjadi tiga belas kali pergantian kabinet yang mampu menjalankan programnya secara baik dan teratur, sebab jatuh sebelum sempat berbuat sesuatu yang berarti atau sebagaimana yang diharapkan.

 
  • «
  •  Start 
  •  Prev 
  •  1 
  •  2 
  •  3 
  •  4 
  •  5 
  •  Next 
  •  End 
  • »
Page 1 of 5

BPSNT SAHABAT

BPSNT Padang
BPSNT Tanjung Pinang
BPSNT Bali
BPSNT Bandung
BPSNT Pontianak
BPSNT Ambon
BPSNT Yogyakarta

Alamat Kantor

BPSNT Makassar
Jln. Sultan Alauddin Makassar
TLP: (0411) 885119 FAX: (0411) 865166
Email: [email protected]

Layanan Online

1. Humas
2. Tata Usaha
3. Tim Peneliti
4. Umum
5. Operator
6. Electindo